Senin, 01 Januari 2018

Teman Satu Minggu (One Week Friends)

Senin
Seorang siswa SMA bernama Hase Yuuki memohon kepada seorang gadis untuk menjadikannya seorang teman. Dengan sedih, gadis itu mengatakan kalau dia senang, tapi dia tidak bisa. Dengan berlinang air mata, gadis itu lari dan menjauh darinya. Hase hanya terdiam dengan beribu tanda tanya.

Dia merasa senang tapi kenapa? memang sudah jelas, aku saat ini masih belum tahu tentang rahasia Fujimiya. Alasan dia selalu sendirian. Alasan dia tidak pernah mencoba berteman. Aku masih belum mengetahuinya.***

Hase memasuki kelas dengan wajah murung. Temannya, Shougo yang duduk disampingnya bertanya kenapa dia terlihat begitu kecewa. Hase menceritakan kalau dia baru saja mengajak Fujimiya bicara. Shougo jadi heran, bukankah itu keinginan Hase selama ini? lalu kenapa dia sedih?
Masalahnya, Fujimiya menolak untuk berteman dengannya. Hal itu membuat Hase sedih karena selama ini ia ingin menjadi teman gadis yang selalu sendirian di kelas itu. Shougo menyarankan untuk bertanya langsung kepada gadis itu kenapa dia menolaknya. Shougo juga melihat Fujimiya pergi ke atap, mengetahui hal itu Hase langsung berlari kesana. Sesampainya di atap, Hase melihat Fujimiya sedang membuka bekal makan siangnya. 

“Fujimiya….”

“Hase?” gadis manis itu tampak kaget mendengar Yuuki memanggilnya.

“Jadi kamu biasa makan siang disini?” Hase mencoba menghampiri Fujimiya tapi kemudian dia berbalik begitu sadar kalau Fujimiya tidak akan nyaman jika dia mendekatinya.

“Wah, pemandangan disini indah sekali!” kata Hase sambil melihat keindahan dibawah sana.
Fujimiya yang duduk dibelakangnya hanya diam.

 “Aku benar-benar tidak tahu, soalnya belum pernah ke atap…” sambung Hase. “...tidak ada orang lain…tempat yang sempurna. Seperti tempat pribadi.” ngocehnya sambil tersenyum sendiri.
Sementara dibelakang sana Fujimiya tampak membereskan bekalnya dan bersiap untuk pergi dari tempat itu. Hase kaget kenapa Fujimiya langsung pergi tanpa berbicara sedikitpun. Hase berusaha bertanya tapi sia-sia karena gadis itu hanya diam dan berlalu dari tempat itu.

Selasa
Saat istirahat, Hase kembali ke atap dan kali ini dia membawa roti isi telur sebagai bekal makan siangnya. Dengan percaya diri, dia duduk disamping Fujimiya dan meminta ijin untuk makan bersama.

“Hase…”
Hase tampak semangat mendengar Fujimiya mulai mengajaknya bicara.

“Aku tidak boleh punya teman.” sambung Fujimiya yang membuat Hase kaget.

“Apa maksudmu? apa ada yang mengancammu? atau mungkin orang tuamu sangat ketat?” tanya Hase.

Fujimiya mengatakan kalau tidak ada orang yang melarangnya. “Tapi..tapi..pokoknya tidak boleh. Itu saja.” jawaban Fujimiya yang tidak begitu jelas membuat Hase semakin bingung, apa sebenarnya alasan yang membuat temannya itu memilih menyendiri.
Hase tersenyum dan membenarkan perkiraannya sendiri bahwa Fujimiya sebenarnya adalah gadis yang baik. Hase kemudian kembali mengajak Fujimiya makan bersama di atap meskipun bukan sebagai seorang teman. Awalnya Fujimiya tidak mau, tapi akhirnya dia mau asalkan Hase tidak berbicara dengannya di kelas.

Rabu
Hase berlari dan ngos-ngosan begitu sampai didepan Fujimiya. Ia mengira Fujimiya telah selesai makan,  tapi ternyata Fujimiya masih menunggunya untuk makan bersama. Itu membuat Hase senang. Setelah makan, Hase juga mengajak Fujimiya untuk main kartu. Saat Hase mengatakan kalau ingatan Fujimiya sangat baik karena Fujimiya bisa menebak kartu, entah kenapa Fujimiya terlihat sedih sambil mengatakan, “itu tidak benar…”

Merekapun bercerita tentang kegiatan mereka masing-masing
“Hase, kalau main bersama teman-temanmu, kalian perginya kemana?”

“Karaoke, misalnya.
Fujimiya bertanya bagaimana rasanya pergi ke karaoke, Hase kaget dan bertanya apakah Fujimiya belum pernah ke karaoke. Fujimiya sedikit malu. Hase dengan percaya diri mengajak Fujimiya pergi ke karaoke bersama. Dengan cepat Fujimiya langsung menolaknya. Giliran Hase yang malu. Hase berharap kalau suatu saat mereka bisa pergi bersama.

Pada hari Kamis, Hase dan Fujimiya kembali makan bersama di atap. Mereka mulai bercerita tentang toko crepe yang baru buka dekat stasiun. Keesokan harinya, mereka kembali makan bersama, tapi kali ini Fujimiya tidak begitu bersemangat. Hase berusaha menghiburnya tapi Fujimiya memintanya untuk tidak lagi mengajaknya bicara. Dari awal, Fujimiya telah mengatakan kalau dia telah boleh punya teman jadi dia menyuruh Hase untuk menganggap semuanya tidak pernah terjadi dan melupakannya saja. Perubahan sikap Fujimiya ini membuat Hase kaget.

“Tidak bisa...aku tidak mungkin melupakannya, kamu juga tidak mungkin melupakannya, kan?”

“Aku akan melupakannya.” jawab Fujimiya. “Semua kenangan menyenangkan milikku akan hilang pada hari Senin.”

Hase tampak bingung dengan apa yang diucapkan Fujimiya.
“Bukan cuma kenangan menyenangkan, kenangan tentang orang yang dekat denganku dan orang yang aku ingin lebih lama dengannya, semuanya akan kembali ke nol setiap minggu. Tapi kenangan tentang keluarga tidak termasuk.” Fujimiya menundukkan wajahnya. “Karena itulah, aku tidak punya ingatan tentang temanku.”

“Apa-apaan itu.” kata Hase tak percaya. Ia belum bisa mempercayai apa yang dikatakan Fujimiya.
Sabtu

Hase duduk di tangga tepi sungai. Shougo yang datang langsung bertanya apa yang membuat Hase melamun sendiri disini. Hase bercerita tentang Fujimiya yang tidak mau lagi bicara padanya. Hase juga mengatakan kalau sebenarnya Fujimiya itu lemah lembut, jujur, dan orang yang baik. Shougo tak percaya dan justru beranggapan itu mungkin karena Hase adalah orang spesial baginya, karena di kelas Fujimiya sangat dingin.

Pada malam hari, di kamarnya, Fujimiya tampak sedih dan mengatakan “Kami bukan teman..”
Tapi…

Senin.
Hase menghampiri Fujimiya yang sedang membaca dan menyapanya. Hase sangat terkejut dan tidak percaya melihat Fujimiya menyahutnya dengan tatapan dingin seperti tatapan sebelum mereka pernah berbicara.

Untuk pertama kalinya, aku mengerti dengan semua perkataan Fujimiya. Dia tidak berbohong saat bilang ingatannya akan lenyap. Kenangan seminggu bersamaku telah sepenuhnya lenyap dari ingatannya. Saat yang menyenangkan dan momen saling memahami, semuanya akan kembali ke nol setiap Senin...dan dia memulai lagi dari awal. Dia tidak mau merasakan itu, jadi dia tidak berusaha berteman dengan siapapun...

“Maaf…kalau tidak ada perlu, tolong jangan...” Fujimiya belum selesai bicara.

“Fujimiya!!” teriak Hase.
...tapi aku tahu yang sebenarnya. Fujimiya sebenarnya sangat ingin punya teman melebihi siapapun. Karena itulah..aku saat ini memutuskan...untuk mengatakannya berapa kalipun.***

Hase membungkukkan kepalanya. “Kumohon...bertemanlah denganku.”

“Ke-kenapa kamu tiba-tiba bicara begitu?” tanya Fujimiya.

Fujimiya berlari keluar kelas dan Hase kembali ke tempat duduknya. Hase terlihat murung karena permintaan pertemananya kali ini kembali ditolak oleh Fujimiya. Shougo bertanya sampai kapan Hase akan murung seperti itu. Menurutnya, tidak akan ada orang yang repot-repot meminta orang lain menjadi temannya. Hase membantah, kalau mereka sudah menjadi teman minggu lalu. Shougo meminta Hase untuk tetap percaya kalau Fujimiya bukan cewek dingin seperti yang dipikirkan orang-orang. “Percayalah pada dirimu minggu lalu” kata Shougo. Dengan begitu, Hase mendapatkan semangatnya lagi untuk mengajak Fujimiya berteman.

Di rumah, Fujimiya bertanya kepada ibunya apakah dia pernah bercerita tentang apa yang dia lakukan di sekolah seminggu yang lalu, karena dia tidak mengingatnya. Ibunya menjawab kalau Fujimiya tidak menceritakan apa-apa.

Pada hari Selasa, Hase datang ke atap dan berencana untuk makan siang bersama Fujimiya.
“Maaf soal kemarin, padahal aku sudah dilarang bicara denganmu di kelas”

“Dilarang siapa?” tanya Fujimiya.

“Kamu. Katamu aku boleh makan siang bersamamu disini, tapi aku tidak boleh bicara denganmu di kelas.”

“Kalau begitu, minggu lalu kita selalu bersama disini?” tanya Fujimiya kaget.

Hase mengatakan kalau wajar saja Fujimiya tidak mengingatnya, karena dia pernah bilang kalau ingatannya tentang teman akan kembali ke nol setiap minggunya. Awalnya Fujimiya tampak diam, tapi kemudian dia memperlihatkan wajah ceria dan membolehkan Hase untuk makan bersama pada hari selanjutnya. Meski agak aneh, Fujimiya kembali memperkenalkan dirinya, begitu juga dengan Hase.

Saat pelajaran olahraga, Hase memperhatikan Fujimiya yang duduk sendirian. Hase berpikir bagaimana caranya agar Fujimiya bisa mengingatnya. Dia kemudian mendapatkan ide.

Rabu
Saat makan siang di atap, Hase memberi ide bagaimana agar Fujimiya menggunakan buku harian, agar apa yang dia rasakan dan alami pada hari itu bisa dia baca kembali sehingga tidak hilang begitu saja. Dengan begitu, bisa jadi juga ingatan Fujimiya akan perlahan kembali. Tapi, Fujimiya tampak tidak begitu yakin ide tersebut akan berhasil tapi dia akan mencoba melakukannya.
Fujimiya mengambil buku harian dan menulis, “aku makan siang bareng temanku, Hase. Hase makan roti isi telur.”

Kamis
Fujimiya memberitahu Hase bahwa dia mendapatkan brosur toko crepe yang baru buka dekat stasiun dan ingin pergi kesana. Hase kemudian mengajak Fujimiya untuk makan crepe pada hari minggu jam 1 siang, dan Fujimiya menerima tawarannya dengan tersenyum manis.
Pada hari minggu, Hase tampak menunggu Fujimiya dekat stasiun. Hase merasa sedikit gugup karena ini terlihat seperti sebuah kencan. Fujimiya datang dan mereka kemudian berjalan menuju toko crepe yang baru buka itu.

Sepanjang jalan, mereka bercerita tentang berbagai macam rasa crepe. Dan ternyata toko crepe itu tutup pada hari minggu, sehingga mereka tampak bingung harus pergi kemana. Hase kemudian mendapat ide untuk mengajak Fujimiya ke karaoke karena minggu lalu dia pernah bercerita kalau dia belum pernah karaoke.

Saat perjalanan pulang dengan kereta, Hase mengatakan kalau sebenarnya dia takut pada hari Senin, karena menurutnya perlu banyak keberanian untuk mengajak bicara seorang yang tidak mengenal kita. Tapi, sekarang dia mungkin tidak perlu takut karena Fujimiya sudah memiliki buku harian. Hase juga meminta Fujimiya untuk berpikir positif saja karena cara mereka ini bisa saja berhasil dan memulihkan ingatan Fujimiya nantinya.

“Hase, besok kita bicarakan lagi soal hari ini ya ?” ucap Fujimiya begitu mereka berpisah.
Di rumah, Fujimiya tampak menulis dikertas dan menempelnya dipintu masuk kamar.
“Teman sekelasmu Hase Yuuki adalah temanmu. Baca buku harian di atas mejamu!”

Fujimiya memandangi tulisan yang dia tempel di pintu itu. Dia berharap ini akan berhasil besok. Paginya, ketika hendak keluar kamar, Fujimiya melihat sebuah tulisan yang ditempel di pintu. Ia kemudian melihat ke meja dan melihat sebuah buku harian disana.

Saat makan siang di atap, Hase dengan gugup bertanya apakah Fujimiya masih mengingatnya. Fujimiya mengatakan kalau dia mengingatnya dan berterima kasih karena semuanya berkat Hase. Tiba-tiba air mata Fujimiya berjatuhan dan ia mengatakan mungkin itu adalah air mata bahagia.
“Maaf sudah membuatmu memaksakan diri Fujimiya, aku benar-benar minta maaf.” kata Hase.
“Baiklah, kalau begitu akan kutulis dibuku harianku.” jawab Fujimiya sambil mengambil buku hariannya. “Hase orangnya curang dan egois. Dia menyuruhku menulis buku harian cuma untuk memudahkan dirinya sendiri...”

Hase tampak kaget melihat Fujimiya mencatat hal-hal seperti itu tentang dirinya. “...tapi dia tahu kalau aku sedang memaksakan diri, lalu dia segera minta maaf. Hase memang orang yang sangat baik.” Ucap Fujimiya sambil mencatatnya.

Hase terharu dan kaget mendengar apa yang terakhir dicatat Fujimiya.
“B-begini, kalau kamu tidak keberatan, maukah kamu berteman lagi denganku?” Hase deg-degan menunggu jawaban dari Fujimiya.

Fujimiya memandangnya dengan tersenyum manis. “Apa boleh buat!”
Besoknya, pagi-pagi sekali, Fujimiya tampak sibuk memasak di dapur. Diatas meja, terlihat banyak telur goreng yang sudah ditata diatas piring. Ibunya yang datang bertanya kenapa Kaori membuat telur goreng sebanyak itu.

Ternyata Fujimiya membuat telur goreng dengan berbagai rasa karena dia ingin Hase mencicipi semua rasanya. Hase senang dan terharu, padahal ia sebenarnya sudah bahagia dengan cuma dibuatkan bekal makan siang. Tapi ternyata Fujimiya membuatkan yang lebih istimewa untuknya. Hase mencoba beberapa rasa dan memuji telur buatan Fujimiya. Setelah mencoba beberapa rasa, akhirnya Hase mengatakan kalau yang barusan dia makan adalah yang terenak.

“Baiklah.” Fujimiya mengambil catatan dan melihat resep telur yang baru saja dimakan Hase. Telur goreng dengan resep dua telur dan gula 18 gram.  Selanjutnya, jika Fujimiya membuat telur goreng lagi maka dia akan memakai resep yang itu karena Hase menyukainya.

“Apapun yang kamu buat pasti enak.” Ucap Hase malu.

“Terima kasih.” Balas Fujimiya. “Aku...selalu ingin merasakan ini. Makan siang bersama teman dan bilang kalau makanannya enak. Benar-benar hal yang membahagiakan.”

“Kalau tidak keberatan, kamu bisa terus bersamaku...” ucap Hase.
Hase kemudian menyadari apa yang diucapkannya. Dengan malu, dia kemudian pergi ke toilet. Disana, dia bergumam sendiri tentang apa yang dia lakukan, mungkin dia bakal jadi gila. Tapi dilain sisi dia terus membayangkan betapa baiknya Fujimiya, dan itu membuatnya senang. Padahal menurutnya, seharusnya dia tidak boleh senang karena Fujimiya hanya berteman dengannya.

Saat istirahat, Hase bertanya kepada Shougo apakah dia membenci Fujimiya. Shougo mengatakan kalau dia tidak membecinya. Setiap orang bebas bergaul dengan siapapun pilihannya dan dia juga tidak peduli soal rumor. Shougo mengungkapkan kalau dia sebenarnya tidak tahu bagaimana sifat seseorang jika dia tidak bicara dan bergaul langsung dengannya. Mendengar hal itu, Hase kemudian memutuskan untuk memperkenalkan siapa Fujimiya sebenarnya.

Saat istirahat, Hase bertanya kepada Fujimiya apakah tidak masalah jika dia mengatakan kepada Shougo mengenai Fujimiya. Menurutnya, Shougo adalah orang yang baik meskipun sikapnya sedikit dingin dan ceplas-ceplos. Hase mungkin bermaksud agar Fujimiya memiliki lebih banyak teman, dan teman-teman sekelasnya juga tidak berpikiran buruk padanya. Fujimiya menyetujui rencana Hase karena dia melihat Hase sangat yakin akan hal itu.

Besoknya, Hase mengajak Shougo ke atap, katanya ada sesuatu yang mau dibicarakan, tapi sebenarnya dia ingin mempertemukannya dengan Fujimiya. Sesampainya disana, Fujimiya menyambut Shougo dengan senyum dan mengucapkan “Selamat siang...” Shougo heran dan mengatakan apakah Fujimiya memiliki kepribadian ganda karena auranya berbeda dari biasanya.
Merekapun makan siang bersama. Hase memuji masakan Fujimiya yang lezat. Shougo melihat mereka bersikap begitu manis, itu membuatnya kehilangan nafsu makan.

“Jangan-jangan mereka sudah pacaran?” Hase yang mendengarnya kaget dan mengatakan kalau ini hanyalah bentuk kebaikannya karena mereka berteman. Setelah makan, Hase pun mulai menyinggung maksudnya mengajak Shougo makan bersama. Sebelum cerita, Hase meminta Shougo untuk tidak menceritakannya kepada orang lain.

“Ada alasan kenapa Fujimiya selalu sendirian di kelas. Alasan itu bisa dibilang khusus. Ingatan Fujimiya cuma bertahan selama satu minggu!”

“Mungkin dulu ada sesuatu yang terjadi antara Fujimiya dan temannya. Ini cuma argumen saja dan itupun jika Fujimiya tidak berbohong dan memang  benar-benar mengalaminya.” Ucapan Shougo membuat Hase kesal karena seakan mengatakan kalau Fujimiya mungkin saja berbohong. Hase mengatakan kalau dia percaya dengan Fujimiya karena mereka sudah berteman satu bulan.

“Tapi kan cuma satu bulan. Kau tidak pernah berpikir kalau mungkin semua ini cuma sandiwara?” ucap Shougo. “Soalnya dia selalu bersandiwara di kelas, jadi mudah saja baginya untuk pura-pura hilang ingatan.” Fujimiya tampak sedih mendengar ucapan Shougo. “Yah, aku sih tidak tahu mana yang benar. Tapi yang pertama, kau ini terlalu mudah mempercayai orang. Mungkin kau terlalu baik atau malah cuma bodoh. Dia menulis buku harian, tapi kau tidak tahu apa yang ditulisnya disana, bukan?” sambung Shougo yang membuat Fujimiya semakin sedih. “Selain itu, kenapa kau yang menceritakan ini semua?”

“Kau pergi saja!” balas Hase kesal.

Shougo kemudian pergi. Hase meminta maaf atas sikap temannya itu. Sejak saat itu, Hase dan Shougo tampak tidak saling bicara. Fujimiya meminta Hase untuk kembali berteman dengan Shougo, tapi Hase mengatakan kalau Fujimiya tidak perlu memikirkan masalah mereka. Meski begitu, Fujimiya tetap tidak enak hati dan merasa sedih  melihat hubungan persahabatan Hase dan Shougo yang merenggang.

Fujimiya kembali ke kelas mengambil bukunya yang ketinggalan, tapi dia tidak sengaja mendengar percakapan temannya yang membicarakan hal buruk tentangnya. Temannya mengatakan kalau dia merasa jijik melihat Fujimiya tersenyum sendiri membaca catatannya. Air mata Fujimiya mengalir begitu mendengarnya. Tiba-tiba Shougo datang dan melihat Fujimiya diluar kelas. Dia kemudian masuk dan mengambil catatan Fujimiya dikolong meja.

“Memang menjijikkan jika ada orang yang melihat ini dan tersenyum sendiri. “ ucap Shougo sambil melihat buku catatan Fujimiya.

“Betul banget!!” balas dua temannya itu.

“Tapi ada yang tidak beres dengan kalian yang tertawa dan mencela dibelakang orang lain” sambung Shougo yang membuat temannya itu kesal. Sampainya diluar, Shougo menyerahkan buku itu pada Fujimiya. “Orang-orang takkan bisa tahu kalau kau tidak memberitahunya sendiri.” ucap Shougo.
Shougo kemudian pergi. Fujimiya masih berdiri disana, begitu dua temannya yang tadi menjelek-jelekkannya keluar dari kelas.

“Karena aku tidak mau kembali dari awal.”
Dua temannya itu berhenti dan melihat Fujimiya dengan tatapan bingung.

“Karena aku tidak mau kehilangan temanku yang berharga. Bagiku, catatan ini adalah benda yang sangat penting,” sambung Fujimiya yang kemudian lari dari hadapan mereka.
Dua temannya itu semakin bingung dan menganggap Fujimiya memang agak berbeda. Di belakang sana, Hase ternyata melihat itu semua.
Hari senin. Hase tampak memandangi Fujimiya yang tengah berdiri didepan kelas mengerjakan soal, sekaligus berpikir bagaimana cara mengajak Fujimiya berteman lagi. Entah kenapa tiba-tiba Fujimiya berlari keluar kelas setelah dia menjawab soal matematika yang hasilnya adalah 18. Hase mengejarnya dan bertanya ada apa dengan Fujimiya.

“Saat aku dapat hasil 18, dadaku jadi berdebar-debar. Aku ingat pernah membuat telur goreng. Kamu Hase, kan?” tanyanya kepada Hase yang membuat Hase kaget dan tak percaya.

“Aku baca buku harianku. Tapi saat itu aku tidak merasakan apapun. Tapi..tadi…”:

“Bagus!” teriak Hase sambil mengangkat tangannya. “Hebat sekali Fujimiya. Ingatanmu bisa kembali!

“Tapi aku cuma ingat soal membuat telur goreng…” balas pelan Fujimiya.

“Tapi itu langkah besar pertama!” ucap Hase memberi semangat. “Semua pasti akan berjalan lancar, Fujimiya! Suatu hari nanti, kamu tidak akan kehilangan ingatanmu lagi!” ucap Hase yakin.

Hase terlihat sangat gembira. Dia kemudian memperkenalkan dirinya dan mengajak Fujimiya kembali berteman dengannya. Tiba-tiba Shougo datang dan meminta mereka masuk karena Pak Inoue marah melihat mereka tiba-tiba keluar. Fujimiya mengatakan kalau dia mengenal dan ingat dengan Shougo. Hase kesal kenapa Fujimiya ingat dengan Shougo sementara dia tidak. Shougo bertanya siapa sajakah yang bisa dia ingat. Fujimiya berpikir dan mengatakan, orang yang bisa dia ingat yaitu keluarga dan orang lain yang bukan temannya.

“Berarti kamu tidak menganggapku teman ya?” tanya Shougo.
Dengan banyak kejadian, rahasia kami berdua menjadi rahasia kami bertiga. Awalnya, aku tidak tahu akan seperti apa jadinya. Tapi sepertinya mereka berdua bisa mengakrabkan diri. Pasti kami bisa melewati semuanya dengan lancar. Saat ini, itulah yang ada dalam pikiranku.***

Besoknya, para murid penasaran lalu bertanya kepada Fujimiya dan Shougo tentang gosip yang mengatakan kalau mereka berdua berteman. Saat Fujimiya dan Hase makan siang di atap, Fujimiya bertanya apakah Shougo marah karena menjadi bahan pembicaraan anak-anak di kelas. Hase mengatakan kalau Shougo sama sekali tidak marah. Hase kemudian bertanya darimana Fujimiya mendapatkan kunci atap, karena seingatnya atap selalu dikunci.

Fujimiya bercerita kalau Pak Inoue’lah yang meminjamkannya kunci karena menurutnya atap adalah tempat istirahat yang sejuk untuk Fujimiya (mungkin dia paham kalau Fujimiya membutuhkan tempat menyendiri). Hase berpikir kalau ternyata Pak Inoue itu memiliki sisi yang baik.

“Kamu juga orang baik kok.”

“Eh!”

“Aku jadi bisa merasa senang saat di sekolah. Sebelum kita jadi teman, aku mencoba untuk tidak berpikir apapun saat di sekolah.”

Hase senang mendengarnya, tapi kemudian dia menjadi sedih begitu Fujimiya bercerita tentang Shougo. Fujimiya tidak menyangka ternyata Shougo sering tidur dikelas tapi dia selalu bisa menjawab pertanyaan guru. Fujimiya juga mengatakan kalau dia masih merasa gugup jika berdua dengan Shougo dan tidak berani mengajaknya bicara. Meski begitu, dia merasa Shougo itu orang baik dan berharap bisa berteman baik dengannya. Hase hanya tertunduk diam mendengar Fujimiya bercerita soal Shougo.

“Fujimiya, kenapa kamu terus membahas soal dia?” tanyanya agak dingin.

“Eh, kenapa?” Fujimiya balik bertanya.

“Jangan-jangan kamu…jatuh cinta dengannya?” tanya Hase tak yakin. “Soalnya kamu membahas dia karena kamu tertarik dengannya, kan?”

“Bukan begitu kok !” jawab Fujimiya. “Shougo itu temanmu, makannya aku…” Fujimiya berusaha menjelaskan.

“Justru karena kami teman!” jawab Hase dengan nada tinggi yang membuat Fujimiya kaget.

“Justru karena kami teman, ini jadi mengganggu pikiranku. Rasanya dadaku jadi sesak.” ungkap Hase. “Apa kita sudah tidak bisa lagi membahas soal kita berdua?”

“Aku tidak bermaksud begitu...”

“Aku tidak bermaksud melarangmu bicara tentang dia. Aku cuma merasa itu agak membosankan. Daripada soal dia, aku sebenarnya lebih ingin bicara…”

“Bodoh!” teriak Fujimiya sambil menangis. Sementara Hase tampak kaget.

“Kamu benar. Semua yang kukatakan itu membosankan.”

“Bukan begitu..maksudku bukan perkataanmu yang membosankan…” ucap Hase berusaha menjelaskan. Tapi sepertinya Fujimiya telah salah paham. Fujimiya kemudian pergi dari tempat itu meninggalkan Hase yang termangu.

“Apa yang sudah kulakukan?” tanya Hase pada dirinya sendiri.
Fujimiya tampak pulang dengan sedih dan duduk di taman tepi sungai. Begitu dia pulang, ada seorang lelaki yang tak sengaja menabraknya sehingga tasnya jatuh ke semak-semak. Fujimiya kemudian mengambil tasnya dan pergi dari sana. Tapi, buku catatannya jatuh dan masih tertinggal di semak-semak itu.

Selasa
Kecemasan Hase semakin menjadi, karena Fujimiya tidak datang ke sekolah pagi ini. Shougo mengatakan kalau mungkin Fujimiya demam. Benar juga, Hase menyalahkan dirinya sendiri karena waktu itu Fujimiya pulang dengan kehujanan. Shougo menyarankan agar Hase meminta maaf saja pada Fujimiya jika nanti dia sekolah lagi. Shougo juga berpikir kalau mereka akan cepat baikan karena hari Senin ingatan Fujimiya tentang pertengkaran itu sudah hilang.

Hase tiba-tiba kaget melihat Fujimiya datang. Hase langsung menarik tangan Fujimiya dan langsung meminta maaf atas kejadian waktu itu. Hase kembali memperkenalkan diri dan mengatakan kalau Fujimiya pasti mengingatnya dari buku hariannya.

“Maaf, Hase Yuuki itu siapa ?” tanya Fujimiya.
Hase kaget dan melihat tatapan dingin dari mata Fujimiya, tatapan yang sama saat mereka belum pernah menjadi teman. Hase meminta Fujimiya untuk tidak bercanda dan memintanya untuk membaca buku harian. Dengan ketus Fujimiya mengatakan kalau dia tidak punya buku harian. Lagian, menurutnya, bagaimana mungkin orang asing sepertinya bisa tahu kalau dia punya buku harian atau tidak.

“Aku tahu! soalnya kita sudah berteman lebih dari sebulan.” Bantah Hase

“Itu tidak mungkin. Satu-satunya orang yang bicara denganku di sekolah hanya Shougo Kiryuu.”  Ucap Fujimiya yang membuat Hase kaget.

“Tiba-tiba menarikku ke tempat seperti ini. Baru kali ini aku bertemu dengan orang berbahaya seperti ini.” Fujimiya mengakhiri dan pergi dari tempat itu.

Menurut Hase, Fujimiya tidak membaca catatannya lagi dan mungkin dia tidak ingin bersamanya lagi karena benci.

“Dia membuang buku hariannya sebelum ingatannya hilang karena dia sangat membenciku!” kata Hase.

“Membuangnya, ya? “ tanya Shougo. “Kamu tidak berpikir kalau dia kehilangannya?”

“Kehilangan?”

“Kenapa kau ini? kau berpikir Fujimiya adalah orang yang tidak berperasaan yang membuang buku harian berharganya cuma karena sedikit bertengkar denganmu?”

Hase berpikir yang dikatakan Shougo ada benarnya juga.  Hase kemudian berlari dan berencana mencari buku harian Fujimiya.

Saat istirahat siang, Shougo menghampiri Fujimiya yang tengah makan bekalnya. Shougo berusaha memancing Fujimiya untuk mengingat apa yang dia lakukan sepulang sekolah hari Jumat dan apakah ada sesuatu yang dia lupakan. Fujimiya mengatakan kalau dia memang merasa ada sesuatu penting yang dia lupakan, tapi dia tidak mengingat apa itu.

“Saat ini ada seseorang yang berusaha mencarinya.”

“Jangan-jangan orang tadi pagi ?” tanya Fujimiya.

“Iya. Kalau kau melihatnya, bicaralah padanya. Pasti dia akan sangat senang. Tapi…”

“Kumohon..” pinta Shougo.

Sepulang sekolah, Fujimiya melihat Hase tengah mencari sesuatu yang hilang itu di stasiun. Dia kemudian memanggil Hase dan berencana mengajaknya karena dia ingat permohonan Shougo. Tapi sayangnya Hase tidak mendengarnya.

Pagi itu, Fujimiya memasak telur goreng dan ibunya bertanya apakah Fujimiya akan membuatkan bekal untuk temannya lagi. Fujimiya lalu berpikir, “teman?”

Keesokannya, Hase tidak masuk sekolah. Di atap, Fujimiya tampak berpikir mengenai teman yang sering dia buatkan bekal. Tiba-tiba dia teringat sesuatu dan lari dari sana menuju suatu tempat. Fujimiya pergi ke taman tepi sungai dan melihat Hase tengah mencari sesuatu di semak-semak hingga tangannya terluka. Dia bahkan masih memakai baju seragamnya yang kemarin.

“Kamu mencari apa sampai bersikeras seperti itu?” tanya Fujimiya.
Hase kaget dan melihat kebelakangnya. “Eh, Fujimiya...”

“Kenapa kamu sangat bersikeras...kemarin dan hari ini juga...kamu sampai penuh lumpur seperti itu.”

“Karena ini benda yang penting.” Balas Hase sambil tersenyum.

“Kamu melakukan ini untuk siapa? Untuk dirimu sendiri? Atau...” tanya Fujimiya.

“Mungkin keduanya” balas Hase.

“Sesuatu yang penting hilang dari ingatanku saat ini. Aku tidak tahu apa itu, tapi apa benda pentingmu itu adalah benda yang sama seperti punyaku?”

“Entahlah. Aku memang berharap kalau benda itu sama.”
Fujimiya kaget dan memutuskan untuk ikut mencarinya. Hase menolak dan mengatakan kalau dia saja yang mencarinya karena akan berbahaya jika Fujimiya ikut mencari. Hase kembali mencari di semak-semak. Hase berhasil menemukan catatan penting itu. Dia memberikan catatan itu pada Fujimiya dan bertanya apakah Fujimiya tidak ingin membacanya?

“Aku sudah tahu tanpa perlu membacanya..” ucap Fujimiya. “Aku tahu kalau aku juga mencari ini.”
Fujimiya memegang tangan Hase yang penuh luka karena tergores rumput dan mendekatkan pada wajahnya. “Terima kasih banyak.” ucap Fujimiya.

Bertengkar lalu baikan, aku senang sekali mengalami hal yang wajar seperti itu. Rasanya pertengkaran pertama kami membuat kami jadi lebih dekat. Aku benar-benar merasa bahagia.***
Beberapa hari kemudian, salah satu teman sekelas Fujimiya dan Hase yang bernama Saki Yamagishi menangkap basah mereka yang tengah makan di atap. Padahal mereka sudah berusaha untuk menyembunyikan kenyataan kalau mereka adalah teman.

Saat istirahat kelas berikutnya, Yamagishi menemui Fujimiya di atap. Maksud Yamagishi menemui Fujimiya ternyata bukan soal pertemanan Fujimiya dengan Hase, tetapi dia justru mengajak Fujimiya berteman dengannya. Fujimiya langsung kaget mendengarnya.

”K-kenapa?”

“Soalnya aku ingin jadi temanmu.” jawab Yamagishi. Yamagishi tampak berpikir lagi,

“Sebenarnya aku ingin kamu jadi kakakku sih…”

“Eh?”

“Kamu bicara apa?” tanya Fujimiya heran dengan sikap Yamagishi yang sedikit aneh dan membingungkan. Yamagishi kemudian bercerita kalau sebenarnya dia sangat mengagumi Fujimiya karena dia terlihat dewasa. Selain itu, menurutnya Fujimiya juga mandiri dan bisa melakukan segala hal sendiri. Yamagishi kemudian memegang tangan Fujimiya dan menganggap mulai sekarang mereka adalah teman.

Hase dan Shougo tiba-tiba datang dan kaget melihat Fujimiya dengan seorang teman. Fujimiya mengatakan kalau Yamagishi mengajaknya menjadi teman.

“Bolehkah aku tahu nama cowok-cowok ini?” tanya Yamagishi.
Shougo terlihat pasrah, karena mereka satu kelas tapi tidak ingat nama mereka. Hase kemudian memperkenalkan namanya dan juga Shougo.

“Soal ini…aku hanya bisa bicara seperti ini di atap. Aku ingin kamu tidak bicara padaku waktu di kelas.” Fujimiya memberitahu.

Yamagishi heran dan bertanya kenapa begitu. Fujimiya mengatakan kalau masalah itu agak sulit menjelaskannya. Yamagishi berjanji akan melakukannya meskipun tidak begitu mengerti alasannya.
Tak sesuai harapan, besoknya Yamagishi justru menyapa Fujimiya di kelas dan bahkan hendak memperkenalkannya dengan temannya. Tapi untungnya Fujimiya segera pergi sebelum Yamagishi mengajaknya ngobrol lebih jauh didepan teman-temannya. Hase dan Shougo yang melihat itu menjadi khawatir.

Di atap Hase bertanya apakah dia Fujimiya baik-baik saja dengan siakap Yamagishi yang seperti itu. Fujimiya mengatakan kalau dia baik-baik saja. Menurutnya Yamagishi adalah orang yang periang dan lucu jadi pasti menyenangkan jika bisa menjadi temannya. Tapi dia tidak ingin melupakan Yamagishi nantinya setelah dia menjadi temannya, karena itu dia membatasi jarak. Hase menyarankan agar Fujimiya melanggar aturan tersebut dan Fujimiya bisa mulai berteman dengan siapa saja. Dan, Yamagishi pasti juga ingin Fujimiya mengajaknya bicara.

 Di kelas, Yamagishi tampak tengah ngobrol dengan teman lainnya. Fujimiya datang dan memberanikan diri mengajak Yamagishi bicara. Di atap, Fujimiya menceritakan yang sebenarnya pada Yamagishi. Alasan kenapa dia tidak mau berteman. Yamagishi justru terlihat tidak paham dan meminta Fujmiya menjelaskan tentang apa itu “ingatan teman” dan apa itu “kembali ke nol.”

Fujimiya kemudian menjelaskan secara sederhana bahwa dia melupakan temannya setiap hari Senin. Yamagishi tidak kaget. “Kalau begitu kita sama. Aku juga gampang sekali lupa. Aku juga selalu lupa nama orang-orang..aku juga lupa meski sudah bicara dengannya. “
“Sepertinya agak berbeda.” balas Fujimiya.

“Sama kok.” Ucap Yamagishi. “Tapi, kamu akan lupa pada hari yang sudah tentu, kan? Jadi, itu lebih bagus daripada aku yang tidak tahu kapan akan lupa.”

Fujimiya dan Yamagishi tampak bahagia bisa saling cerita masalahnya masing-masing. Kemudian mereka sepakat untuk memanggil nama depan masing-masing agar lebih akrab, Yamagishi akan memanggil Fujimiya “Kaori” sementara Fujimiya akan memanggil Yamagishi “Saki.” Yamagishi juga mengatakan kalau besok dia akan kencan bersama dengan Kaori.

Besoknya sepulang sekolah, Hase berniat untuk mengikuti Fujimiya dan Yamagishi karena dia penasaran. Mereka bilang kencan tapi bukankah mereka sama-sama perempuan? Karena itulah Hase ingin menyelidikinya. Dia mengajak Shugo untuk ikut menemaninya. Fujimiya dan Yamagishi ternyata pegi membeli crepe. Yamagishi kemudian menawarkan Fujimiya untuk mencoba crepenya. Fujimiya merasa sangat senang, bahkan dulu dia sangat ingin seperti itu. Berbagi makanan enak dan hal menyenangkan bersama teman adalah hal yang ingin dia rasakan dari dulu. Setelah itu, Fujimiya dan Yamagishi pergi ke taman dekat sungai dan duduk santai disana. Fujimiya mengeluarkan catatan hariannya dan menulis semua yang terjadi hari ini agar dia tidak lupa.

Shougo bercerita kalau sebenarnya dia satu kelas dengan Yamagishi waktu SD tapi Yamagishi bahkan tidak ingat lagi namanya.

“Dari dulu, dia sudah pelupa dan lamban. Semua orang selalu mengerjai dan menjahilinya. Dia selalu menangis dan sepertinya berat untuk datang ke sekolah.” jelas Shougo.

“Begitu ya.”
Di lain sisi, Yamagishi ternyata juga menceritakan hal yang sama pada Fujimiya tentang masa lalunya. Yamagishi melambaikan tangan dan berteriak “Sampai ketemu hari senin!”

Fujimiya tampak sedih dan tidak bisa menahan air matanya. Mungkin karena dia tidak ingin melupakan semuanya pada hari senin.

Senin.
Yamagishi menunggu Fujimiya datang dan dia langsung terlihat senang dan melambaikan tangan kepada Fujimiya. Tapi Fujimiya terlihat dingin dan melewati Yamagishi begitu saja tanpa membalasnya. Yamagishi kaget dan kemudian kembali menghampiri Fujimiya ke tempat duduknya.

“Maaf, kamu siapa?” tanya Fujimiya.
Awalnya Yamagishi terlihat sedih tapi akhirnya dia tersenyum.

“Keren. Beneran! Kamu beneran lupa!” kata Yamagishi. “Ini aku, Saki Yamagishi.”
Tiba-tiba teman Yamagishi datang dan meminta mereka dikenalkan pada Fujimiya.

“Iya! Kaori ternyata lebih pelupa dari aku.” Kata Yamagishi pada teman-temannya.
Dengan tersenyum temannya itu mengatakan Yamagashi pasti bercanda. Menurutnya tidak ada orang yang lebih pelupa darinya. Tiba-tiba Fujimiya reflek tersenyum dan tertawa mendengar cerita tentang Yamagishi. Fujimiya itu sangat manis waktu tersenyum. Senyuman yang tidak pernah mereka lihat sebelumnya. Hase juga tampak tersenyum bahagia melihat perubahan ini.

Entah sejak kapan, aturan yang membatasi kami telah menghilang. Kemudian…perlahan tapi pasti kami menatap ke depan dan melangkah maju.***

Pak Inoue memberitahu kalau Hase dan Yamagishi masuk dalam daftar remedial esok hari, jika hasil ujian remedial besok nilai mereka lebih rendah maka guru matematikanya itu akan memfotocopy hasil ujian dan menyebarkannya. Hase ketakutan mendengarnya.

Saat istirahat, dia memohon kepada Fujimiya untuk membantunya belajar karena dia tidak ingin kertas ujiannya disebar ke semua orang. Fujimiya setuju, tapi mereka harus belajar dimana? Shougo memberitahu kalau di perpustakaan mereka tidak akan bisa bicara. Kalau begitu, Fujimiya memberi ide untuk belajar di rumahnya saja. Shougo bisa melihat wajah Hase yang memerah. Meski tampak gugup, Hase mengatakan kalau dia sangat mau belajar di rumah Fujimiya. “Bagaimana ini Shougo. Bisa gawat kalau aku berduaan dengannya di kamarnya..” bisik Hase kepada Shougo.

“Memangnya kamu mau apa?” tanya Shougo datar.

“B-belajar!bodoh!” teriak Hase.

“Aku sangat memimpikan bisa mengajak temanku ke rumah. Aku tidak sabar.” kata Fujimiya sambil tersenyum

“Lihat betapa polosnya cewek ini.” Bisik Shougo kepada Hase.

“B-bagaimana ini Shougo? Mungkin kamu juga harus ikut denganku!” pinta Hase.

Tiba-tiba Yamagishi datang dan memohon kepada Fujimiya untuk mengajarinya matematika karena dia juga masuk daftar remedial besok. Akhirnya sepulang sekolah mereka berempat pergi ke rumah Fujimiya untuk belajar bersama. Hase tampak kesal karena sepertinya dia ingin bisa berduaan dengan Fujimiya. Didalam kamar tepatnya di pintu masuk, Hase dan Shougo melihat tulisan “Hase adalah temanmu, baca buku harianmu diatas meja” tertempel disana. Mereka baru tahu ternyata dengan cara ini Fujimiya bisa ingat untuk membaca buku hariannya.

Fujimiya mengeluarkan contoh soal ujian karena menurutnya soal remedial akan sama seperti itu. Yamagishi tersenyum kagum melihat nilai Fujimiya yang sempurna yaitu 100. Merekapun mulai belajar bersama, sementara Shougo tampak ketiduran. Saat tengah belajar, ibu Fujimiya mengantarkan teh dan roti melon, Yamagishi senang karena dia sangat suka roti melon. Fujimiya kemudian memperkenalkan nama teman-temannya kepada ibunya. Ibunya Fujimiya bercerita kalau Fujimiya sering sekali bercerita tentang Hase padanya.

Mereka kemudian kembali belajar setelah ibu Fujimiya pergi dan setelah semua kue habis. Tapi Yamagishi tampak ketiduran karena kekenyangan. Fujimiya tampak gugup dan takut hanya berdua dengan Shougo, karena Hase sedang ke toilet.

Yamagishi langsung bangun dan menjelaskan kalau Fujimiya masih terlihat gugup dan takut berbicara dengan Shougo karena itulah dia akan membuat misi agar Shougo dan Fujimiya bisa berteman dan berbicara dengan mudah seperti halnya mereka.

“Kamu memang menakutkan, Shougo. Soalnya kamu tidak pernah senyum.” Ucap Hase.
“Dia harus terbiasa denganku, atau menyerah saja.” Jawab Shougo datar.

Idenya yaitu memberi waktu pada Fujimiya berbicara berdua dengan Shougo. Fujimiya mulai mengajak Shougo bicara tapi tanggapan dan jawaban dari Shpugo terlihat singkat dan datar saja. Sehingga, ini tidak akan berhasil. Dengan sedih, Fujimiya mengatakan kalau suatu hari nanti dia tetap ingin bisa menjadi teman Shougo karena Shougo adalah teman dekat Hase.

Saat hendak pulang, ibu Fujimiya memberikan secarik kertas kepada Hase dan memintanya untuk membacanya nanti. Di jalan, Shougo bertanya apa isi kertas yang diberikan ibunya Fujimiya. Hase membukanya, ternyata isinya adalah  ibu Fujimiya yang ingin mengajak Hase untuk ketemuan. Besoknya Hase dan Shougo menebak-nebak apa yang sebenarnya akan dibicarakan ibu Fujimiya dengannya.

“Mungkin dia akan membicarakan soal ingatan, atau dia akan memintamu menjauh dari putrinya.” Tebak Shougo.

Sorenya, Hase dan Ibu Fujimiya ketemuan di taman, dan Hase tampak begitu gugup.

“Jangan khawatir. Aku sudah meninggalkan memo untuk Kaori kalau aku akan pulang telat.” Ucap ibu Fujimiya.

“Tante mau bicara soal apa?” tanya Hase.

“Sebelum itu, boleh aku tanya satu hal?”

“Silahkan...”

“Kenapa kamu mau bicara dengan Kaori?”
Hase tampak bingung harus menjawab apa.

“Padahal butuh usaha berat agar bisa terus berteman dengan Kaori..” sambung ibu Fujimiya.” Aku memintamu datang kemari karena ingin memberitahumu soal kenangan Kaori yang kutahu.” wanita itu mulai bercerita. “Kamu sudah tahu banyak soal kondisi Kaori, kan?”

“Iya..”

“Aku juga tidak mengerti kenapa hanya ingatan tentang temannya saja yang menghilang.

“Tapi aku ingat jelas kapan itu mulai terjadi. Waktu SD kelas 6, dia mengalami kecelakaan. Dari yang melihat kecelakaan itu, katanya dia menyeberang jalan meski lampunya masih merah. Lalu, dia tertabrak mobil. Dia tidak sadarkan diri, dan dibawa ke rumah sakit. Dia terus tertidur selama beberapa hari. Waktu dia siuman…dia tidak mengingat temannya yang datang menjenguknya.” Jelas ibunya Fujimiya.

Wanita itu kembali mengingat kejadian waktu itu. “Dokter bilang kalau tidak ada masalah dengan otaknya. Tapi katanya ada penyebab lain kenapa dia tidak bisa ingat tentang temannya.”

“Penyebab lain?” tanya Hase.

“Ada kemungkinan dia mengalami tekanan mental yang berhubungan dengan temannya. Tapi aku sama sekali tidak mengerti. Waktu kecil dia punya banyak sekali teman. Dia bisa cepat akrab dengan siapapun, dan terlihat sangat senang saat bersama teman-temannya. Dia selalu cerita tentang temannya setiap hari...jadi aku tidak percaya kalau ada yang terjadi diantara dia dan temannya..rasanya seperti sebuah sandiwara.”

“Maaf, saat kecelakaan apakah Kaori sendirian?”

“Iya, dia lari ke penyeberangan jalan sendirian. Kejadiannya minggu sore. Oh iya, dia keluar rumah karena katanya mau bertemu teman dekatnya.”
Hase berpikir. “Teman dekat…”

“Saat dia mencoba mengingat temannya, dia terlihat sangat menderita. Mungkin diri Kaori sendirilah yang menolak untuk mengingatnya..” sambung ibu Fujimiya. Sebelum pulang, wanita itu mengungkapkan kalau dia berharap Hase bisa terus bersama dengan Kaori.

Besoknya dikelas, Fujimiya mendapat banyak ucapan selamat pagi dari teman sekelasnya. Jadi Hase berpikir untuk tidak lagi mengikuti aturan kalau mereka tidak boleh bicara di kelas. Saat istirahat Fujimiya mengatakan kalau dia senang Hase mengucapkan selamat pagi padanya di kelas dan ia juga senang melihat hasil remedial Hase yang lumayan meningkat.

“Waktu aku baca buku harianku, ada satu tulisan yang selalu ada setiap Senin.” ucap Fujimiya sambil mengeluarkan buku hariannya. Hase bingung dan tidak tahu apa tulisan yang selalu ada setiap hari Senin itu.

“Kumohon berteman denganku lagi.” ungkap Fujimiya.
Itulah kata yang selalu ada setiap Senin dibuku hariannya.

 “Hei, Hase. Boleh aku menantikan perkataan itu minggu depan?”

“Tentu saja.” jawab Hase dengan tersenyum.

Aku sedikit tahu tentang masa lalunya, tapi aku tetap tidak mengerti. Sejujurnya, kadang memang terpikir kalau masalah Fujimiya ini merepotkan. Tapi, jika yang kulakukan ini bisa mengembalikan senyum Fujimiya yang hilang. Aku akan memberanikan diri dan menjadi teman Fujimiya lagi. Berulang kali…berapa kalipun.***

“Fujimiya telah berubah. Dia sudah tidak bersikap dingin saat di kelas. Sedikit demi sedikit, dia mulai mau bicara dengan orang lain. Dan saat hari Senin, aku sudah tidak mengucapkan permintaan untuk jadi temanku. Sebelum aku sempat bicara, dia sudah bertanya apakah aku Hase? dia sering lebih dulu bilang itu. Aku senang karena kami banyak mengalami kemajuan, tapi saat aku berpikir kalau waktu spesial kami berdua jadi semakin berkurang.”

Saat olahraga, Nishimura dan Serizawa menghampiri Fujimiya dan menggodanya dengan menanyakan apa sebenarnya hubungan Fujimiya dengan Hase. Fujimiya mengatakan kalau Hase adalah temannya yang berharga karena dia baik, perhatian dan sangat bisa dipercaya. Temannya juga beranggapan kalau Hase itu orang baik, dan sangat disayangkan jika Fujimiya tidak membuka hati untuknya.

Saat makan siang, Fujimiya bercerita kepada Hase bahwa sekarang dia telah memiliki banyak teman, sehingga mungkin dia akan lebih sibuk menulis dibuku hariannya. Itu membuatnya bahagia.

Saat itu, Hase mengajak Fujimiya untuk belajar bersama tapi hanya mereka berdua. Fujimiya’pun mau dan dia bisa melihat Hase sangat senang. Sepulang sekolah, merekapun belajar berdua didalam kelas. Bukannya belajar, Hase justru memperhatikan Fujimiya. Tiba-tiba Shougo datang dan Hase segera menghampirinya. Hase mengatakan kalau saat ini dia ingin berbicara berdua dengan Fujimiya dan dia tidak ingin Shougo mengganggunya.

“Pokoknya, kamu tidak dibutuhkan hari ini. Pulang sana.” Kata Hase.
Shougo hanya kesal sendiri dan pulang sesuai permintaan Hase. “Dia benar-benar seenaknya sendiri.” Tiba-tiba dia bertemu dengan Yamagishi. Yamagishi mencoba mengingat namanya, tapi dia lupa. Dia meminta Shougo untuk memberitahu namanya sekali lagi.

“Kiryuu.” Ucap Shougo datar.
Yamagishi memintanya untuk menyebutkan nama depan karena itu mungkin lebih mudah diingat. Shougo menolak dan mengatakan paling Yamagishi juga tidak bisa mengingatnya, kemudian dia pergi meninggalkan Yamagishi yang tampak berpikir. “Kiryuu. Rasanya aku hampir ingat dengan nama itu…”

Di kelas, Hase menanyakan sejak kapan Fujimiya menyukai Matematika. Fujimiya bercerita kalau dia mulai belajar sungguh-sungguh ketika dia kelas 5 atau 6 tapi tidak jelas kenapa dia menyukainya, Hase juga memuji kalau Fujimiya itu baik, mandiri dan manis. Bahkan, hampir tidak ada kekurangan sama sekali. Dibilang seperti itu membuat Fujimiya tampak tersipu dan mengatakan kalau dia tidak seperti itu.

Hase tetap bersikeras kalau Fujimiya memang baik dan manis, bahkan dia mulai berpikir seperti itu sejak mereka jadi satu kelas. Keduanya langsung tertunduk diam. “Aku terkejut karena baru kali ini aku dibilang manis oleh seorang cowok. Tapi aku senang sekali.” Kata Fujimiya sambil tersenyum manis.

Besoknya, Hase tampak khawatir mengingat liburan musim panas akan datang. Dia khawatir dan cemas karena dengan begitu dia tidak akan bertemu Fujimiya lagi. Hase kemudian berpikir untuk mengajak Fujimiya pergi jalan-jalan saat liburan musim panas. Tapi dia bingung kemana dia harus mengajak Fujimiya. Shougo mengatakan ada banyak tempat, seperti pantai, kolam renang, pertunjukan kembang api, dan banyak lainnya. Mendengar itu, Hase tersenyum sendiri dan mengatakan kalau sekarang dia justru tidak sabar untuk liburan musim panas.

Sepulang sekolah, Hase menyinggung masalah musim panas kepada Fujimiya. Tapi tampaknya dia sedikit sedih mendengar Fujimiya bercerita kalau dia sangat menantikan liburan musim panas karena biasanya ayahnya mengajaknya pergi liburan, dan terkadang pergi ke luar negeri. Hase ternyata masih belum mengatakan niatnya untuk mengajak Fujimiya jalan-jalan. Shougo bertanya bagaimana cara Hase mengajaknya sekarang, karena dia tidak punya nomor handphone Fujimiya. Dengan tersenyum, Hase mengatakan kalau dia bisa datang langsung ke rumahnya. Shougo merasa kalau Hase tidak akan melakukan itu, dan dia menantang Hase untuk mengatakannya saja sekarang karena mungkin Fujimiya belum terlalu jauh dari sana.

Hase kemudian lari mengejar Fujimiya dan bertemu dengannya dekat stasiun.
“Fujimiya, ayo kita ketemu juga waktu libur musim panas!” Icap Hase sambil ngos-ngosan.
Fujimiya setuju, kemudian memegang tangan Hase. “Ayo kita sering ketemuan waktu liburan.” Balasnya sambil tersenyum.

Liburan musim panaspun tiba. Hase bersiap-siap untuk bertemu dengan Fujimiya, tapi dia lupa dimana mereka akan ketemuan. Diapun pergi ke rumah Fujimiya dan ibunya Fujimiya mengatakan kalau Fujimiya telah pergi. Hase pun pergi dan berpikir mungkin Fujimiya ada di atap sekolah. Dan benar saja, Fujimiya ternyata ada disana tengah menunggunya. Merekapun senang karena bisa bertemu, padahal sebelumnya mereka tidak menetapkan tempatnya. Tiba-tiba Hase tampak terkejut karena menyadari sesuatu. “Loh, bukankah hari ini Senin?”

Fujimiya sedikit kaget. “Aku baca buku harianku pagi ini. Saat aku membacanya, aku berpikir, “Hase, ya? Tapi…aku tahu dengan sendirinya kalau kamu adalah Hase. Sama sekali tidak ada perasaan kalau kita baru pertama bertemu.”

Hase terdiam mendengar cerita Fujimiya.

Di saat itu, aku menyadari sesuatu….roda gigi milik Fujimiya yang kembali ke awal setiap minggu….
Fujimiya memegang tangan Hase. “Hase…aku mengenalimu.”
… sudah hampir benar-benar tersambung dengan roda gigi milikku.***

Keesokan harinya, Fujimiya memberi ide bagaimana kalau mereka pergi ke pantai. Fujimiya juga berencana mengajak Shougo dan juga Yamagishi. Hase tampak senang dengan ide pergi ke pantai, tapi mengajak Shougo dan Yamagishi mungkin ide yang tidak begitu baik baginya. Hase mengatakan kalau Shougo orangnya pemalas, dan Hase juga tidak memiliki nomor handphone Yamagishi. Tapi saat Fujimiya membatalkannya dengan alasan dia malu hanya pergi berdua, Hase dengan cepat mengatakan kalau dia akan mengajak Shougo dan Yamagishi.

Malamnya, Hase menelpon Shougo dan mengajaknya untuk ikut ke pantai. Awalnya Shougo tidak mau karena malas, tapi karena dibujuk Hase akhirnya dia mau juga. Hase juga bertanya apakah Shougo memiliki nomor handphone Yamagishi. Ternyata Shougo masih punya catatan nomor handphone Yamagishi ketika mereka masih SD. Yamagishi sangat senang begitu Shougo mengajaknya ke pantai bersama Hase dan Fujimiya. Tapi Yamagishi meminta tolong agar Shougo kembali menelponnya besok karena dia takut lupa.

Pagi itu merekapun berangkat ke pantai naik kereta. Hase mengungkapkan kalau semalaman dia tidak bisa tidur karena terlalu bersemangat. Ternyata Fujimiya juga mengatakan kalau dia juga tidak bisa tidur karena semangat. Dalam kereta, Fujimiya membuka bekal dan mengatakan kalau teman-temannya pasti belum sarapan karena bangun pagi-pagi. Merekapun sarapan bersama dengan senang.
Merekapun akhirnya sampai di pantai. Tapi…
“Waktu kita sampai pantai, langsung turun hujan deras.”

“Sayang sekali.”
Mereka tampak kecewa karena hujan.

“Mau gimana lagi, ayo pulang?”

“Duh, kenapa kita sial begini?” kata Hase kecewa. “Kukira kita bakal bisa berenang di laut.”

“Kalau hujan begini mau bagaimana lagi.” Sahut Fujimiya.

Dalam kondisi hujan dan angin, Yamagishi kemudian mengajak Fujimiya untuk bermain bola tapi sayangnya bolanya hanyut lantaran diterbangkan angin. Ujung-ujungnya, Hase’lah yang masuk ke pantai untuk mengambil bola. Setelah dari pantai, mereka pergi ke pusat permainan. Fujimiya mengatakan kalau ini pertama kalinya dia pergi ke tempat seperti ini. Dia kemudian ingin bermai derek boneka. Mereka juga berfoto bersama, dan memiliki foto bersama teman benar-benar membuat Fujimiya merasa bahagia. “Aku merasa bahagia sekali bisa menghabiskan libur musim panas bersama kalian seperti ini.” Fujimiya menangis haru. “Aku suka sekali foto ini..akan kujadikan benda berharga buatku.”

Setelah hujan reda, mereka kembali ke pantai. Kali ini pantai terlihat sangat indah dan terang. Hase merasa lapar, tapi karena bekal habis, mereka berencana untuk membeli makanan disekitar pantai saja. Mereka menggunakan permainan hom-pim-pah untuk menentukan siapa yang akan pergi membeli makanan.

“Salahmu sendiri, kenapa pakai hom pim pa” kata Shougo datar begitu melihat Hase sedikit kesal, karena Shougo dan Fujimiyalah yang dapat tugas membeli makanan. Setelah mereka pergi, Yamagishi bertanya kepada Hase apa sebenarnya yang disukai Hase dari Fujimiya. Hase kaget dan mengatakan kalau dia tidak memiliki perasaan aneh seperti itu pada Fujimiya. Di lain sisi, Fujimiya tampak tengah membeli minuman di supermarket. Shougo juga bertanya bagaimana perasaan Fujimiya pada Hase. Fujimiya mengatakan kalau dia adalah teman yang berharga. Tapi kalau diingat-ingat dia juga merasakan sesak saat melihat Hase berbicara dengan orang lain (cewek).
“Itu apa ya?” tanya Fujimiya polos.

“Kenapa? sudah jelas…” Shougo berhenti bicara dan tidak jadi melanjutkan ucapannya.
Merekapun kembali ke pantai dengan membawa beberapa makanan, minuman, dan kembang api. Yamagishi mengatakan kalau dia melihat ada kepiting petapa disana, entah kenapa Shougo mau ikut dengan Yamagishi melihat kepiting itu.

Fujimiya kemudian mengajak Hase jalan-jalan. Fujimiya mengatakan kalau dia sering tersenyum hari ini, kalau tahu begitu dia mungkin akan mengajak mereka ke pantai dari dulu. Hase mengatakan kalau dia juga sangat senang hari ini. Fujimiya kemudian pergi ke tepi pantai dan merasakan sejuknya air pantai dikakinya. Tiba-tiba dia hendak jatuh, tapi Hase dengan cepat memegang pundaknya. Mereka berdua memandangi matahari yang perlahan terbenam.

“Semoga aku tidak melupakan hari ini.” Kata Fujimiya.
Malampun tiba. Mereka berempat terlihat memainkan kembang api dengan gembira. Satu hari yang menjadikan musim panas mereka begitu sempurna.

“Musim yang panas. Malam yang panas. Kembang api menyala dengan percikannya. Panas sepertinya masih belum akan hilang.” Kata Fujimiya dalam hatinya.

Lama-kelamaan kembang api mulai kehilangan cahayanya, dan mati. Semuanya jadi sepi sejenak.
“Hase, aku...suka...kembang api.” Kata Fujimiya sambil tersenyum manis.

Hase kaget dia pikir kalau Fujimiya suka...
Mereka berempat kemudian menghidupkan kembang api lagi. Semuanya terlihat bahagia. Terpancar kebahagiaan dari setiap percikan kembang api itu.

“Belakangan ini, aku jadi ingin mengucapkan kata “suka” entah apa alasannya.” Kata Fujimiya dalam hati.

Dilain sisi, disebuah rumah tampak seorang ibu setengah baya yang tengah memandangi tumpukan kardus didalam ruangan.

“Padahal aku mau di Hokkaido sampai cuacanya lumayan sejuk..” pikir anaknya. Wanita itu mengatakan untuk membongkar barangnya besok saja. Dia kemudian menyuruh anak lelakinya masuk ke rumah.

Lelaki remaja seumuran Hase itu bergumam “Aku kembali ke Tokyo….”

Cerita beralih ke Hase, Fujimiya, Shougo, dan Yamagishi, yang tampak berjuang membuat tugas liburan musim panas yang menumpuk. Hase mengatakan kalau tugas Matematika kelewat banyak pada musim ini karena hampir 10 lembar. Hase bertanya, bagaimana Yamagishi menyelesaikan tugasnya dulu. Dengan percaya diri Yamagashi mengatakan kalau dulu dia menjiplak tugas temannya.

“Kau sama sekali tidak berubah.” ujar Shougo yang membuat Yamagishi bingung.
Hase mengatakan bukankah Shougo dan Yamagishi berteman sejak SD.

“Masa iya ?” tanya Yamagishi tak percaya.

“Iya.” jawab Shougo.

“Kita satu kelas ?”

“Iya.” Jawab Shougo datar.

“Aku ingatnya cuma hal-hal menyenangkan...” Yamagishi tampak berpikir. “Oh , benar juga!” Ucap Yamagishi.

“Kau sudah ingat?” tanya Hase bersemangat mendengar ucapan Yamagishi.

“Iya, ada acara TV yang mau ku tonton.” Jawab Yamagishi membuat yang lainya kehilangan semangat karena mereka kira Yamagishi mengingatnya. Yamagishi kemudian mengajak Fujimiya untuk nonton sebentar, katanya sih untuk istirahat.

“Istirahat ? padahal mulai aja belum.” Sahut Hase.
Beberapa waktu kemudian mereka kembali belajar. Fujimiya, Yamagishi, dan Hase tampak belajar serius. Sementara Shougo asyik membaca komik karena katanya dia sudah menyelesaikan semua tugasnya.

“Aku ini memang parah kalau soal matematika.” Kata Hase.

“Matematika itu seperti puzzle atau game. Ada jawaban yang pasti, dan kita seperti melakukan perjalanan untuk mencarinya. Tapi ada banyak cara untuk mencapainya. Jadi ada perasaan puas saat kita menemukan jawabannya. Ada cara cepat untuk menemukan jawabannya, ada juga cara bebas. Bahkan cara yang berputar-putar bisa mendekatkan kita dengan jawaban yang benar. Meski caranya tidak terlalu rapi, tapi jika jawaban yang kita pikirkan ternyata benar, pasti membuat kita senang.” Jelas Fujimiya.
Setelah selesai, mereka turun ke ruang tamu karena ibu Fujimiya membuatkan kue lezat untuk mereka. Di ruang tamu Hase melihat foto yang terpajang di atas meja.

“Itu foto Kaori waktu masih SD.” Kata ibu Fujimiya. “Kami sekeluarga berwisata saat libur musim panas. Rasanya seperti waktu berputar kembali. Setiap hari, Kaori terlihat sangat gembira. Dia bilang kalau dia tidak sabar masuk sekolah lagi. Setengah tahun lalu, aku tidak bisa membayangkan dia bisa dapat teman dan tersenyum seperti ini. Kekuatan pertemanan memang mengagumkan.”

“Aku tidak melakukan apa-apa…” balas Hase merendah.

“Ah, jangan-jangan hubungan kalian lebih dari teman ?” goda Ibu Fujimiya yang membuat Hase kaget.
Saat pulang, Hase mengatakan kalau tugasnya belum selesai, karena itu dia tetap tinggal sementara Yamagishi dan Shougo langsung pulang bersama. Saat hendak berpisah, Shougo memberikan selembaran yang isinya adalah rumus dan jawabannya agar Yamagishi bisa terbantu. Yamagishi menerima kertas itu dan seketika itu dia merasa pernah mengalami hal ini sebelumnya. Shougo hanya bersikap dingin seperti biasa dan pergi dari hadapan Yamagishi.
Besoknya, pak guru melakukan pengundian tempat duduk. Hase berharap bisa duduk dibagian paling belakang agar bisa melihat Fujimiya. Hase beruntung karena dia tidak hanya bisa duduk dibelakang tetapi juga duduk disamping Fujimiya. Ini membuatnya sangat senang. Saat itu, pak guru memperkenalkan seorang anak pindahan. Anak pindahan itu adalah anak yang kemarin baru pindah dari Hokkaido.

Namanya Hajime Kujou. Dia kemudian disuruh duduk disamping Fujimiya karena itu adalah satu-satunya bangku kosong. Saat hendak duduk, Hajime terlihat kaget melihat Fujimiya.

“Jangan-jangan kau Kaori Fujimiya?” tanyanya penasaran.

“Kamu mengenalku?” tanya Fujimiya balik.

“Ngomong apa kau? Kau sama sekali tidak ingat aku?” tanya Hajime.

“Maaf, aku...”

“Wajar saja sih, kau ingkar janji waktu itu…” ucap Hajime. “Jadi aku adalah orang tidak berarti sampai kau bisa melupakanku. Dasar pengkhianat.”
Fujimiya melihat mata Hajime dan dia merasakan sesuatu. “Hajime...”

Tiba-tiba saja Fujimiya jatuh pingsan, membuat seisi kelas panik dan kaget, terlebih Hase. Fujimiya kemudian dibawa ke ruang kesehatan. Setelah siuman, Hase mengatakan kalau mereka sangat cemas melihat Fujimiya pingsan tiba-tiba.

“Terima kasih sudah mengkhawatirkanku.” Ucap Fujimiya datar. “Tapi, siapa namamu, ya?”
pertanyaan Fujimiya membuat Hase kaget.

“Maaf, padahal kamu sangat mengkhawatirkanku.” Ucap Fujimiya.
Hase terdiam bisu. “K-kenapa Fujimiya?” tanya Hase. Hase hendak memegang tangan Fujimiya tapi Fujimiya dengan cepat menghindar ketakutan, dan bertanya apa yang akan dilakukan Hase padanya. Hase bisa melihat tatapan dingin itu.

Hari ini, Fujimiya kehilangan semua ingatannya tentangku lagi...

Hase menghampiri Fujimiya yang tengah makan siang di atap. “Fujimiya, aku Hase Yuuki, kumohon bertemanlah denganku lagi.” Ucap Hase sambil membungkuk.

“Kamu Hase?” tanya Fujimiya. “Memang ada di buku harianku, tapi kamu benar-benar mengatakan itu.

Aku mengucapkan perkataan itu lagi karena ingatan Fujimiya benar-benar hilang kembali. Semua karena munculnya seorang murid pindahan.***

Saat belajar sastra klasik, Fujimiya diminta guru untuk melihat buku paket berdua, karena Kujou belum mendapatkan buku paket. Hase dengan cepat berdiri dan berencana bertukar posisi duduk dengan Fujimiya, tapi gurunya menyuruhnya tetap duduk di tempatnya. Fujimiya’pun menggabungkan mejanya dengan Kujou. Kujou terlihat heran kenapa Fujimiya seolah mengabaikannya dan bahkan mungkin lupa dengan apa yang dia sampaikan tadi sebelum dia pingsan.

Saat istirahat siang, Hase bercerita kepada Shougo kalau dia sedikit kesal karena apa yang dia perjuangan selama ini seperti hilang entah kemana. Ia merasa kasus kehilangan ingatan Fujimiya kali ini berbeda dari yang biasanya.

“Hanya karena sedikit bicara dengannya…”

“Maksudmu, aku?” tanya Kujou yang ternyata tengah ambil minuman di belakangnya.
Hase memandangi Kujou yang tengah minum dengan sedikit kesal.

“Kau Hase ya?” Kujou menghampiri Hase. “Apa kau punya masalah denganku? Kau benar-benar ketakutan saat dia pingsan. Kau suka dengan cewek itu?” tanya Kujou seakan menggoda. “Lalu muncul masalah antara kau dan Fujimiya karena kehadiranku. Benar?”

“Aku benci orang ini!” teriak Hase.

“Tenang saja, aku Cuma satu SD dengan cewek itu. Tidak ada hubungan lain. “

“SD ?” tanya Hase.

“Iya, aku pindah saat kelas 6, dan tidak pernah bertemu dia sejak itu. Lagian aku bukan orang gila yang mau merebut pacar orang lain. “

“Hubunganku dan Fujimiya bukan seperti itu.” Bantah Hase.

“Masa? Kalau begitu aku akan mendekatinya.”
Hase kaget sementara Kujou tertawa karena berhasil mengerjai Hase.

“Lagian aku sangat benci Kaori Fujimiya.” kata Kujou, sambil melempar kaleng minuman ke sampah. Dia kemudian pergi dari tempat itu meninggalkan Hase dan Shougo yang heran dan bingung.

Saat istirahat siang, Hase pergi ke atap dan dia sangat senang karena Fujimiya membuatkan bekal untuknya. Fujimiya mengatakan kalau dia membuat bekal karena dia melihat dicatatannya. Dan, telur goreng dengan gula 18 gram itu, dia tidak mengerti kenapa harus 18 ? Hase hanya terdiam, kemudian pergi dari tempat itu menuju tangga.

 Makan bersama, tertawa bersama, pergi ke pantai, dan banyak kenangan indah yang tidak bisa dia lupakan. Disana, Hase menangis sendirian mengingat semua kenangan itu. Setelah makan siang, Fujimiya bertanya kepada Hase tentang Kujou. Fujimiya mengatakan kalau dia merasa pernah bertemu dengannya sebelumnya dan rasanya dia seperti tidak asing.

Hase mengatakan kalau mereka dulu satu kelas saat SD. Hase juga meminta Fujimiya untuk tidak memaksa mengingatnya. Fujimiya kemudian berpikir untuk makan crepe yang ada di catatannya. Mereka berjanji untuk makan crepe bersama pulang sekolah. Tapi sayangnya Hase telat, karena hari itu dia piket kelas. Saat Fujimiya menunggu didekat toko crepe, dia bertemu dengan Kujou dan dua temannya.

“Kamu Kaori?” tanya teman yang bersama Kujou.
 “Lama tidak ketemu. Kamu satu sekolah dengan Hajime ya? Kami mau menyambut Hajime yang kembali dari Hokkaido dengan makan crepe.” Kata mereka.

“Kaori, bareng kita yuk!” ajak teman Kujou.

Fujimiya hanya mengatakan kalau dia tengah menunggu seseorang. Dua orang yang datang bersama Kujou itu kemudian pergi untuk membeli crepe. Kujou bertanya apakah Fujimiya benar tidak ingin berbicara dengan mereka. Fujimiya mengatakan kalau dia tidak kenal dengan mereka. Kujou kaget, mereka adalah teman sekelas waktu kelas 6.

“Dulu kau selalu bermain dan tertawa bareng temanmu.” Jelas Kujou.

“Maaf.” Jawab Fujimiya.

“Mungkin cuma aku yang berpikir kalau kita adalah teman.”

“Bukan begitu. Justru karena kita teman, aku tidak bisa mengingatmu.”

“Ha? apa maksudmu?” tanya Kujou heran.
Belum sempat Fujimiya menjawab, tiba-tiba orang yang datang bersama Kujou memberikan crepe pada Kujou.

“Kalian ini pacaran waktu kelas 6, kan?” tanya Yamasato.

“Aku dengar kalau Kaori mencurimu duluan.” Sambung Ota.

“ Mencuri?”

“Menurut kami sih, itu bukan masalah. Tapi aku benar-benar kaget waktu dengar kamu kecelakaan
setelah itu.”

“Kecelakaan?” sambung Kujou.

Fujimiya menutup telinganya dan menyuruh mereka berhenti bicara. Fujimiya teringat dengan saat itu dimana dia dikatakan cewek rendahan oleh teman-temannya karena mencuri Kujou terlebih dahulu. Fujimiya dengan cepat pergi dari hadapan Kujou dan teman-temannya. Kujou berusaha mengejar, tapi tiba-tiba Hase datang dan bertanya apa yang Kujou lakukan sehingga Fujimiya lari. Dan, apa sebenarnya alasan Kujou menyebut Fujimiya penghianat dan bilang kalau dia membenci Fujimiya.

“Aku menyebutnya pengkhianat bukan hanya karena dia tidak mengingatku. Dia benar-benar tidak ingat aku..dia malah membuat alasan bodoh dengan bilang bahwa dia tidak mengingatku karena aku temannya.” Kujou menjelaskan.

 “Kujou..sebenarnya Fujimiya sendiri yang harus bilang padamu.”
Hase kemudian menceritakan semuanya pada Kujou.

“Kembali ke nol setiap minggu?” tanya Kujou tak percaya.

“Kecelakaan membuatnya kehilangan ingatan tentang teman-temannya. Sejak itu, ingatannya hanya bisa bertahan selama satu minggu.” Hase menjelaskan.

 “Lalu, bagaimana kalian bisa...”

“Buku hariannya...jika dia membacanya saat ingatannya hilang, dia akan bisa mengenaliku.”

“Tapi, sebenarnya dia tidak mengenalimu kan?” tanya Kujou. “Kau menyebutnya buku harian. Tapi kalau isinya diubah, kebenarannya juga akan berubah.”

“Fujimiya tidak akan melakukan itu.”

“Lalu, bagaimana kalau Fujimiya itu bohong? Kau tidak tahu dia bohong atau tidak. Apa kau bisa menyebut kalau kalian itu teman?”

Disisi lain, Saki tampak bertemu dengan Fujimiya dan mereka mengobrol sebentar sambil menikmati keindahan sungai. Yamagishi mengatakan kalau Hase dulu adalah teman yang spesial bagi Fujimiya. Fujimiya merasa dalam catatannya memang banyak cerita tentang Hase dan menurutnya Hase juga orang yang baik, tapi dia tidak tahu apakah benar dia teman spesial atau tidak.
Disisi lain, Hase masih terdiam dengan ucapan Kujou.

“Kalian cuma pura-pura.” Kujou mengakhiri ucapannya dan pergi dari tempat itu, tapi dia kemudian berhenti begitu Hase berbicara.

“Aku juga berpikir hal yang sama. Aku cuma terus mengulangi hal yang sama. Ingatannya hilang dan hilang lagi. Meski begitu, dengan berada didekatnya, aku merasa ingatannya masih berada dalam dirinya dan terus bertambah. Karena itu…tidak peduli orang lain mau bilang apa, aku dan Fujimiya adalah teman!”

Kujou hanya diam dan pergi dari tempat itu.

Aku tahu, jika terus diam tidak akan menghasilkan apa-apa. Jadi, aku kembali mengulangi satu mingguku. Memulai dari awal lagi untuk menjadi temannya. Dan, berdoa agar tujuan kami jadi hal yang membahagiakan untuk Fujimiya.***

Musim dingin pertama sejak aku berteman dengan Fujimiya. Belakangan ini aku tahu kalau ingatan Fujimiya mulai terbentuk lagi. Memang tidak sama persis seperti sebelumnya. Tapi kuyakin kami akan mengalami kemajuan lagi.***

Saat istirahat, Hase dan Shougo tampak minum bersama. Hase mengatakan kalau dia akan berjuang untuk mengumpulkan kembali ingatan Fujimiya yang hilang seperti sebelum kedatangan Kujou. Tiba-tiba mereka melihat Yamagishi datang, tapi anehnya Yamagishi pergi lagi begitu melihat Shougo dan Hase. Hase bingung kenapa Yamagishi tampak menghindari mereka. Saat Hase mengambil sepatu di loker, Nishimura menghampirinya dan menanyakan apakah ada yang terjadi pada Fujimiya di toko crepe, karena Fujimiya tidak mau diajak untuk kesana. Hase kemudian pergi menemui Kujou yang ternyata masih berada di kelas dan bertanya apa sebenarnya yang terjadi di toko crepe. Kujou kemudian menelpon temannya dan mengajaknya ketemuan.

Setelah itu, Kujou dan Hase pergi ke sebuah kafe dan tampak menunggu Ota dan Yamasato yang merupakan teman Kujou dan Fujimiya ketika kelas 6 SD. Hase meminta Kujou bercerita tentang masa kecilnya. Kujou kemudian bercerita kalau dulu dia sangat populer dan dikelilingi banyak teman. Hase bertanya apakah mungkin Kujou pacaran dengan Fujimiya saat SD. Kujou menjawab kalau mereka tidak pacaran, namun lebih kepada teman spesial yang saat ini persis dialami Hase dan Fujimiya. Mereka berteman tapi dia tidak menganggapnya cuma teman. Kujou menceritakan kalau dulu mereka sering belajar bersama di kelas, terutama pelajaran matematika.

“Jadi itu alasan Fujimiya…” Hase berpikir tentang alasan kenapa Fujimiya suka matematika. Apakah mungkin karena dulu mereka sering belajar bersama. Teman-teman Kujou akhirnya datang.

Dilain sisi, Yamagishi, Fujimiya, Nishimura dan Serizawa juga tampak membicarakan sesuatu. Yaitu tentang masalah yang saat ini dialamai Yamagishi. Tak lain dan tak bukan adalah karena perkataannya yang waktu itu mengajak Shougo menjadi suaminya. Padahal Yamagishi hanya bercanda, tapi dia menganggap serius perkataannya sendiri. Mereka kemudian sepakat membantu Yamagishi dengan cara membuat Yamagishi dan Shougo ngobrol berdua. Setelah itu, mereka juga berencana untuk membahas tentang liburan musim dingin. Kemudian mereka pergi ke restoran agar bisa berbicara lebih santai dan nyaman.

Kujou bertanya tentang cerita “menculik Kujou duluan.” Kujou dan Hase tampak ingin mendengarnya. Yamasato kemudian menceritakannya.

“Hari minggu sebelum sebelum kamu pindah, kamu mengajak Kaori bertemu di taman dekat sekolah, kan?”

Mendengar cerita itu, Hase teringat dengan cerita ibu Fujimiya yang mengatakan kalau Fujimiya mengalaminya pada hari minggu dan sebelum keluar rumah dia mengatakan kalau dia hendak bertemu teman dekatnya.

“Jadi itu, kau?” tanya Hase yang membuat Kujou kaget.
Yamasato kembali melanjutkan ceritanya. “Kamu ingat Shigehara Naomi?”

“Iya, dia berteman baik dengan Kaori Fujimiya, kan?”

“Naomi tahu kalau kamu mengajak Kaori ketemuan di taman.”
Kujou heran kenapa Naomi bisa mengetahuinya. 

“Tapi, dia sudah lama menyukaimu.” Sambung Ota. “Dan, dia sepertinya tidak terlalu peduli dengan Kaori.”

“Bukannya mereka teman?”

“Justru karena itu!”

Disisi lain, Fujimiya tampak berdiri dibelakang mereka dan bisa mendengar dengan jelas apa yang mereka bicarakan. Ternyata Yamagishi juga mengajak mereka untuk makan di restoran yang sama dengan tempat ngobrol Hase dan Kujou.

“Sudah jelas, karena Naomi cemburu pada Kaori.” Kata Ota.

Fujimiya yang mendengar itu langsung teringat dengan masa itu. Masa dimana teman-temanya mengatakan kalau dia adalah cewek rendahan karena mencuri Kujou duluan dan Kaori juga tidak memikirkan perasaan Naomi. Mereka mengatakan wajar saja Naomi membencinya. Mereka mengatakan tidak hanya Naomi, tapi Hajime juga membecinya. Karena itulah, Fujimiya lari dan melintas jalan yang membuatnya tertabrak.

Tubuh Fujimiya tampak bergetar mendengar cerita itu. Tasnya yang jatuh membuat Hase dan Kujou menyadari keberadaannya.

“Fujimiya.”

“Oh, jadi karena itu aku kehilangan ingatanku?” kata Fujimiya. “Aku tidak apa-apa kok.” Tapi air matanya mengalir dan tubuhnya gemetar. Yamagishi dan teman-teman kemudian membawa Kaori pulang.

“Setelah aku pindah, aku ingin Kaori terus mengingatku. Jadi, aku mengajaknya bertemu di taman. Ini semua salahku...karena aku cuma memikirkan diriku sendiri. Kaori kehilangan kepercayaan dari teman-temannya. Apanya yang teman spesial?” jelas Kujou yang hampir menangis. Di rumahnya, Fujimiya tampak menulis sesuatu dicatatan hariannya. Sewaktu-waktu dia menyeka air matanya sendiri.

Senin
Saat istirahat siang, Hase menemui Fujimiya diatas atap. Fujimiya tampak bersemangat dan tersenyum begitu melihat Hase datang. Fujimiya mengatakan kalau dia baik-baik saja dan senang karena sudah tahu apa alasan yang membuatnya hilang ingatan. Malamnya Hase bercerita kepada Shougo bahwa dia tidak bisa seperti ini terus. Hase berpikir bagaimana jika suatu hari nanti dia yang membuat Fujimiya kehilangan ingatan. Mengatakan kalau dia tidak ingin hal yang sama terjadi lagi. Dia tidak ingin Fujimiya menderita lebih dalam lagi.

Besoknya, Fujimiya bertanya tempat yang ingin dikunjungi Hase saat musim dingin. “Bagaimana kalau ke kuil saat tahun baru?” Fujimiya menyarankan.

Hase hanya berdiri dan pergi dari hadapan Fujimiya. Fujimiya meminta Shougo untuk ketemuan. Fujimiya bertanya apakah dia telah melakukan sesuatu kesalahan yang membuat Hase marah. Shougo menyarankan agar Fujimiya menanyakan langsung pada orangnya. Fujimiya hanya terdiam. “Aku tidak tahu apa yang dipikirkan Hase. Padahal aku temannya.”

Musim dingin tiba. Semua murid tampak mengenakan seragam musim dingin dan syal. Pak Inoue mengatkan kalau hari ini mereka akan berseih-bersih. Hase, Kujou, Yamagishi, Shougo, Fujimya, dan beberapa teman lainnya mendapat tugas membersihkan atap dan loteng.

Besoknya di sekolah, Yamagishi dan yang lainnya mengajak Fujimiya untuk pergi jalan-jalan. Fujimiya meminta maaf dan mengatakan kalau dia tidak bisa ikut dengan mereka karena dia ada acara wisata dengan keluarganya. Hase juga mengatakan kalau dia akan berwisata dengan keluarganya.

Baru keluar dari toko, Hase ingin langsung kembali ke rumah karena udaranya sedang dingin. Tapi..entah mengapa dia memutuskan untuk jalan-jalan di jembatan dekat sungai. Tiba -tiba Fujimiya datang dan memanggil Hase dari belakang. Merekapun memutuskan untuk jalan bersama. Fujimiya mengajak Hase untuk makan crepe dan Hase menyetujuinya. Merekapun akhirnya bisa makan crepe bersama, padahal sebelumnya mereka beberapa kali janjian makan crepe tapi tidak pernah jadi. Dia ingin sekali mengajak Hase makan crepe bersama, karena Hase telah banyak mengalami kesulitan karenanya.

“Aku sering membuatmu khawatir, jadi aku ingin makan crepe bersamamu disini.”
 Suasana berubah menjadi haru. Hase hampir menangis, tapi ia dengan cepat berdiri dan mengatakan kalau dia hendak membeli crepe lagi.

Setelah makan crepe, Hase mengantar Fujimiya pulang. Dalam perjalanan pulang, Mereka berhenti disebuah kuil. Fujimiya bercerita kalau dia selalu berdoa di kuil ini sebelum dan sepulang sekolah saat SD. Fujimiya mengajak Hase untuk melakukan kunjungan kuil ditahun baru. Hase melihat Fujimiya terdiam dan berdoa.

“Aku tidak mau melupakan hari ini. Aku ingin mengingat setiap detik yang kuhabiskan bersamamu hari ini. Sampai hal sekecil apapun. Tapi aku lebih tidak mau kalau tidak lagi jadi temanmu!. Jika hari itu datang, meski aku bisa mengingatmu, aku tidak akan merasa bahagia. Karena aku ingin lebih banyak bicara denganmu sama seperti dulu. Aku ingin kita berteman lebih dekat lagi.” ucap Fujimiya lirih dengan air mata yang berlinangan.  “Tapi...aku tidak tahu bagaimana..” air mata Hase mengalir melihat Fujimiya. Dia kemudian berteriak dan mengatakan kalau dia sangat bodoh. Dia berjanji untuk tidak membuat Fujimiya menangis, tapi hari ini dia menangis karenanya. Hase kemudian memutuskan untuk berteman dekat lagi dengan Fujimiya seperti dulu.

Ada yang tidak ingin kulupakan. Kenangan yang kujalani bersama teman-temanku. Kenangan yang kami jalani berdua. Kenangan adalah hal penting. Tapi ada hal yang lebih penting lagi, yaitu terus menciptakan kenangan. Karena itu, kami mengulanginya lagi..berulang kali..sampai tak terhitung.***
Di kelas, Hase menghampiri Fujimiya yang tengah duduk dibangku.

“Fujimiya...kumohon...”

“Kumohon...” sahut Fujimiya.

“...bertemanlah denganku!” ucap mereka berdua, bersamaan.